Friday, April 6, 2012

Pohon Ara


Tema     :  Pohon Ara (Tebanglah Dia yang tak Berbuah!)
Nats       : Lukas 13:5 – 9
Tujuan  : Pendengar memahami bahwa Tuhan mengharapkan setiap orang percaya untuk menghasilkan buah dalam kehidupan mereka sehingga mereka berusaha memiliki kehidupan yang menghasilkan buah

Pohon ara adalah tumbuhan asli Asia Kecil yang dapat tumbuh hingga mencapai 12 meter, baik di tanah berbatu maupun tanah subur. Buah pohon ara mengandung banyak kalsium, besi, fosfor, dan potasium, serat, dan bebas lemak. Secara umum pohon ara memiliki lebih dari 800 jenis. Tiga di antaranya yang sangat terkenal adalah jenis Ficus Sycomorus yang dinaiki Zakheus (Luk. 19:4), Morus Nigra L. yang kecil tapi kuat dengan buah berwarna merah darah, dan Ficus Carica L. Jenis pohon ara yang terakhir ini memiliki banyak buah. Jenis inilah yang dikutuk Tuhan Yesus (Mat. 21:19-22).

Dalam setahun pohon ara berbuah sebanyak tiga kali. Ini berarti sebatang pohon yang sehat dapat memberi buah selama sepuluh bulan.  Cukup produktif.  Pada zaman Hellenisme (Yunani-Romawi) buah ara merupakan salah satu komoditi ekonomi penting setelah anggur dan minyak zaitun, sehingga orang-orang Yunani membuat undang-undang khusus untuk mengatur pengeksporannya. Daunnya dapat dimanfaatkan untuk membungkus buah-buahan yang baru dipetik untuk dibawa ke pasar dan sekarang ini menjadi komoditas yang mahal. Buah ara selain dapat dimakan langsung, juga dapat dibuat kue yang mahal harganya, karena makanan ini pun biasa dihidangkan bagi raja-raja (2Raj. 20:7; Yes. 38:27). Meski begitu kue buah juga ara merupakan makanan yang sangat digemari masyarakat dan kerap dibawa saat bepergian (1 Sam. 25:18).

Perumpamaan pohon ara terutama menunjuk kepada Israel (bd. Luk 3:9; Hos 9:10; Yoel 1:7). Namun, kebenarannya dapat diterapkan pula kepada semua yang mengaku percaya kepada Yesus, tetapi tidak berpaling dari dosa. Walaupun Allah memberi kesempatan secukupnya kepada setiap orang untuk bertobat, Ia tidak akan selama-lamanya membiarkan dosa. Saatnya akan datang ketika kasih karunia Allah akan ditarik dan orang yang tidak mau bertobat akan dihukum tanpa belas kasihan (bd. Luk 20:16; 21:20-24).

Mungkin kita semua mempunyai kegiatan sehari-hari yang hampir sama, setiap hari kita mengawali hari baru dengan bangun tidur, makan, bekerja, setelah pulang kerja kemudian istirahat sambil menikmati makan malam, nonton televisi atau VCD terbaru, bertelepon bersuka ria dengan teman-teman dan setelah lelah tidur. Dan pada akhir pekan hari-hari kita penuh janjian dengan teman, seperti nonton, shopping setelah pulang dari kebaktian. Atau mungkin ada beberapa dari kita yang kesiangan bangun di hari minggu karena malam minggu keasyikan main internet, jadi hanya cukup dengan ibadah sebentar saja, kemudian langsung ngobrol dan diakhiri dengan jalan-jalan bersama teman-teman. Hari berganti hari, minggu berganti minggu, dan tahun berganti tahun.


Apakah hanya seperti itu yang dapat kita kerjakan pada kehidupan yang sangat berharga ini? Setiap hari berlalu, setiap hari umur kita bertambah. Saat ini kita yang memiliki badan yang sehat dan berpikir bahwa hidup kita masih panjang, masih 40 atau 50 tahun lagi. Kita telah disibukkan untuk pengejaran materi, membicarakan sesuatu yang hanya membuang energi atau menimbulkan emosi dan kesenangan duniawi lainnya yang telah menyita waktu dan menghabiskan energi yang kita miliki .


Kita yang saat ini masih bernafas, dapat berpikir dengan kecerdasan yang kita miliki, tentu kita tidak akan melewatkan hari-hari kita dengan begitu-begitu saja.  Kehidupan kita yang penuh kebebasan dan anugerah. Jika kita sedang sedih karena tidak mendapatkan apa yang kita inginkan, kita sering menganggap bahwa kita orang yang paling menderita di dunia dan hidup kita selalu tidak menyenangkan, padahal kita masih mempunyai tempat tinggal yang nyaman, pekerjaan yang cocok, makanan dan pakaian yang lebih dari cukup dan teman-teman yang baik. Dan semua hal yang terpenting dari semua yang ada di alam semesta ini, kita memiliki kehidupan yang berharga, karena penuh dengan anugerah.

Seorang teolog Jerman Dietrich Bonhoeffer berkata: ”Grace is free but not cheap” yaitu anugerah Allah yang kita terima adalah anugerah yang diberikan cuma-Cuma / gratis tetapi anugerah itu bukanlah anugerah yang murahan / anugerah yang bisa kita permainkan begitu saja. Ketika Dietrich berkata demikian, dia sedang memberikan penilaian yang tajam terhadap kekristenan jaman itu dimana dia mendapati bahwa banyak orang Kristen menerima anugerah atau berkat yang banyak tetapi mereka bermain-main dengan anugerah dan ternyata penilaian itu pun relevan dengan jaman ini. Ketika kita menerima anugerah dan berkat yang banyak dari Tuhan, kita bermain-main dengan anugerah itu, kita tidak memakai anugerah itu dengan bertanggung jawab untuk mengembalikan bagi kemuliaan Tuhan untuk hidup berubah dan berbuah. Banyak orang Kristen hanya take for granted, menerima anugerah-Nya saja tapi tidak merespon sama sekali terhadap Sang Pemberi anugerah tersebut.  Inilah yang hendak dibicarakan oleh Lukas.  Bagaimanakah seharusnya kehidupan seorang yang telah mendaptkan anugerah itu?  Mari kita baca dalam Lukas 13: 5 – 9. Tema kita hari ini adalah : Pohon Ara!  

Injil Lukas adalah kitab pertama dari kedua kitab yang dialamatkan kepada seorang bernama Teofilus (Luk 1:1,3; Kis 1:1). Walaupun nama penulis tidak dicantumkan dalam dua kitab tersebut, kesaksian yang bulat dari kekristenan mula-mula dan bukti kuat dari dalam kitab-kitab itu sendiri menunjukkan bahwa Lukaslah yang menulis kedua kitab itu. Rupanya Lukas adalah seorang petobat Yunani, satu-satunya orang bukan Yahudi yang menulis sebuah kitab di dalam Alkitab. Roh Kudus mendorong dia untuk menulis kepada Teofilus (artinya, "seorang yang mengasihi Allah") guna memenuhi suatu kebutuhan dalam jemaat yang terdiri dari orang bukan Yahudi akan kisah yang lengkap mengenai permulaan kekristenan.

Lukas 13:6-9 menceritakan kisah tentang pohon ara yang tidak berbuah. Kisah mengenai anugerah dan tanggung jawab. Kalau kita memperhatikan dengan seksama dalam kisah ini maka pohon ara adalah simbol orang percaya dan kalau kita melihat perikop ayat ini maka ada begitu banyak hal-hal khusus yang diperoleh pohon ara ini. Pohon ara ini tumbuh di kebun anggur, tumbuh di tanah yang subur dan mendapat pemeliharaan yang istimewa. Kita adalah pohon ara yang ditanam pada kebun anggur & kita ada di tanah yang subur. Kita masih diberi kesempatan untuk terus mendengarkan Firman, berdoa dan beribadah bahkan mendapat anugerah lebih daripada itu. Alkitab memberi catatan bahwa pohon ara ini sudah hidup di kebun anggur kurang lebih 3 tahun tetapi belum menghasilkan buah. Pohon ini semestinya menghasilkan buah setiap tahunnya, maka ketika pemilik kebun anggur ini datang, dia berkata untuk apa lagi dia hidup, tebanglah dia. Pohon ara ini sudah mempunyai waktu yang cukup panjang dan kita sebagai orang Kristen sudah berapa ribu kali kita mendengar Firman Tuhan tetapi berapa banyak kemudian hidup kita berubah dan berbuah. Mungkin kita sudah lama menjadi orang Kristen dan kita begitu menikmati ibadah tetapi sudah berapa banyak orang yang kita bawa kepada Kristus.

Banyak orang menilai sebuah kehidupannya adalah sebuah kehidupan yang baik melalui pengalaman hidup yang lancar dalam hidupnya, sehingga jika suatu ketika terjadi bencana dalam kehidupan seseorang maka orang akan berkata bahwa orang tersebut berdosa besar.  Hal ini bukanlah penilaian yang haya dimiliki oleh orang zaman sekarang saja, pada zaman dahulu pun seseorang dinilai dari pengalaman hidupnya. Demikianlah yang terjadi dalam Lukas 13: 1 – 5.  Lukas menceritakan bahwa Yesus menegur orang – orang yang menghakimi sesamanya.

Dalam kisah ini Tuhan Yesus memanggil orang banyak untuk bertobat, menambahkan kata – kata untuk menguatkan, kecuali kamu bertobat, kamu pun akan mati dengan cara demikian ayat  3-5. Bila kita melihat perikop sebelumnya (Luk.13:1-5) Yesus berkata bahwa semuanya itu terjadi agar kita bertobat. Ketika kita melihat orang-orang yang menghadapi bencana dan mengalami penyakit yang tidak bisa sembuh sama sekali dan jikalau kita masih sehat maka jangan pernah kita berpikir bahwa orang lain dosanya lebih besar daripada kita. Tuhan Yesus mengatakan, ” Sangkamu engkau lebih baik dari mereka?” Tidak!, tetapi jikalau kamu tidak bertobat maka kamu akan binasa. Kita harus ingat bahwa kesempatan yang diberikan ada batasnya, seperti pohon ara yang masih diberi kesempatan satu tahun lagi tetapi jika masih tidak berbuah maka pohon itu akan ditebang. Kita jangan mempermainkan kesempatan. Waktu yang masih ada kita harus gunakan untuk bertobat. Jangan pernah berpikir bahwa Allah akan membiarkan kita untuk bermain-main dengan dosa. Dosa adalah hal yang serius di hadapan Allah dan bila waktunya tiba maka Allah akan memberikan penghukuman.

Pada hari Minggu, 26 Februari 2012, diberitakan bahwa ada 10 Rumah Longsor di Bogor, di Kampung Gudang, Kelurahan Gudang, Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor, Jawa Barat,  akibat tanah longsor. Diperkirakan seorang warga masih tertimbun reruntuhan bangunan. Heri (37), warga Kampung Gudang menuturkan, ibunya Fatimah (65), saat kejadian masih sarapan bubur ayam sekitar 20 meter dari rumahnya. Tiba-tiba, sekitar pukul 08.15, rumah yang ada di depannya rubuh. Fatimah tidak sempat menyelamatkan diri.  Tidak ada yang menyangka kapan kehidupan kita akan berakhir.  Namun pertanyaan pentingnya adalah bagaimana kita mengakhirinya.

Kisah Lukas 13:6-9 ini merupakan ’unending’ story.  Akhir cerita ditentukan oleh kita. Tuhan panjang sabar dan IA masih memberikan waktu kepada kita. Apakah kita masih mau bermain-main dengan dosa maka kita akan berhadapan dengan keadilan dan murka Allah tetapi bila kita bertobat, berubah dan berbuah maka kita akan mempunyai kisah yang happy ending bersama Tuhan.

Ada 2 kemungkinan selesainya kisah dalam Luk 13:6-9 ini : Pertama, waktu yang diberikan yaitu satu tahun lagi dan pohon ara ini tetap tidak berbuah sehingga apa yang terjadi? Tuhan akan datang dan berkata tebanglah dia, untuk apa dia hidup. Kedua, ternyata setelah pohon ara ini diolah lagi dengan baik, diberikan pupuk lagi, dan pohon ara ini berbuah sehingga menjadi kisah yang happy ending.

Kisah ini harus diselesaikan oleh kita. Pertanyaannya adalah dengan versi yang mana kita akan menyelesaikan kisah ini. Apakah kita akan selesaikan dengan berubah dan berbuah atau kita akan selesaikan dengan tetap bermain-main. Waktu Tuhan bagi kita, sudah tidak panjang lagi sehingga kalau Tuhan masih memberikan kesempatan maka gunakanlah dengan sebaik-baiknya. Kalau selama ini kita datang beribadah hanya sekedar datang, diam dan tidak melakukan apa-apa maka saatnya sekarang kita bangkit kembali, saatnya berubah dan berbuah.

Tuhan memberkati kita semua.

Friday, December 30, 2011

Natal untuk Semua

Apakah yang kita pikirkan saat kita berbicara tentang Natal?

Beberapa hal dibawah ini mungkin terbersit dalam benak kita:
1. Natal berarti ada kue yang enak...
2. Natal berarti ada baju - baju baru...
3. Natal berarti ada hadiah...
4. Natal berarti ada libur panjang...
5. Natal berarti ada dekorasi yang indah...
 Dan mungkin ada hal - hal yang lain yang menurut kita harus ada di hari Natal.  Beberapa waktu yang lalu saat saya berada di Surabaya, ada sekolah yang mengadakan lomba membuat dan menghias pohon Natal dari barang bekas.  Di Singapure bahkan tidak kalah, mereka mengadakan lomba membuat dan menghias pohon Natal di jalan - jalan protokol dengan menghabiskan dana Milyaran.  Semua merayakan Natal, namun dengan persepsi masing - masing.

Namun, Natal yang pertama bukan seperti itu.  Pada Natal yang pertama, dikisahkan bahwa Tuhan Yesus lahir di kandang domba.  Tempat tidurnya pun bukan kasur yang empuk, tapi palungan yang bau.   Bahkan berita Natal pertama disampaikan bukan kepada pemimpin - pemimpin bangsa, melainkan kepada para gembala yang sederhana, mewakili mereka yang tersisihkan.  Gembala - gembala yang menjaga domba di daerah pinggiran.  Begitu kontrasnya Natal Pertama dan Natal - natal yang kita kenal saat ini.  Jadi apakah sebenarnya makna Natal sebenarnya?

Mari kita perhatikan Sang Bayi, yang menjadi fokus Natal kita sebenarnya.

Sunday, October 30, 2011

Berharap kepada Tuhan

Ratapan 3:22-23

"Tak berkesudahan kasih setia TUHAN, tak habis-habisnya rahmat-Nya, selalu baru setiap pagi: besar kesetiaan-Mu!"

Dukacita dan sukacita adalah seperti dua sisi mata uang dalam kehidupan manusia.  Semua orang, baik yang mengaku percaya kepada Tuhan, maupun tidak, sama- sama akan mengalami suka dan duka.  Seperti kitab Pengkotbah 3 mengatakan,"untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apapun di bawah langit ini ada waktunya.  Ada waktu untuk lahir, ada waktu untuk meninggal, ada waktu untuk menanam, ada waktu untuk mencabut yang ditanam.  Ada waktu untuk menangis, ada waktu untuk tertawa..."  Untuk semua pengalaman, ada waktunya.  Ada orang yang menjalaninya dengan pasrah dan menyerah pada keadaan, ada yang mengalami depresi atau kepahitan di kala sesuatu tidak berjalan sesuai dengan yang diharapkan, ada yang berpura - pura tidak terjadi apa - apa dan mencoba melupakan apa yang terjadi dengan cara menenggelamkan diri kepada kebiasaan buruk.

Diantara semua pilihan itu ada satu sikap yang dipilih oleh penulis kitab Ratapan ini, yaitu "berharap kepada Tuhan." Dalam ayat ke-20, penulis kitab Ratapan menyatakan bahwa ada hal - hal tertentu yang membuat dia merasa tertekan, namun ia tidak membiarkan perasaan tertekan itu mengendalikan dirinya.  Istilah "berharap kepada Tuhan memiliki makna yang sama dengan istilah "memiliki pengharapan di dalam Tuhan."  Artinya adalah seorang yang memilih untuk tidak berputus asa, atau ketakutan, ataupun dikuasai kecemasan akan masa kini maupun masa depan.  Orang yang memiliki pengharapan di dalam Tuhan akan terus menantikan hadirnya sesuatu yang baik di dalam hidupnya.  Sekalipun saat ini segala sesuatu seolah tidak pasti dan tidak baik dalam pandangannya, namun ia tetap kuat untuk menunggu datangnya hal yang baik dalam hidupnya.

Ini bukanlah sikap menipu diri sendiri atau menenangkan diri dengan sebuah angan-angan/impian, karena harapan ini didasarkan bukan pada diri kita atau angan - angan kita, melainkan kepada Tuhan yang kasih dan setia-Nya tidak berkesudahan.

  1. KASIH SETIA TUHAN TIDAK BERKESUDAHAN
Hal ini berarti kasih setia Tuhan tidak putus-putusnya, berlangsung terus menerus sampai selama - lamanya.  Artinya  dari dulu sampai sekarang Ia tetap setia mengasihi kita.  Kasih Tuhan inilah yang membuat Tuhan hanya memberikan yang terbaik pada setiap anak-Nya.  Setiap rancangan-Nya selalu bisa kita percaya.  1 Korintus 1:8-9 menyatakan bahwa Allah kita setia.  Ia yang telah memanggil kita untuk percaya pada-Nya, Ia pun akan menjaga dan meneguhkan kita, seperti seorang bapak yang kadangkala membiarkan anaknya untuk belajar mandiri, namun tetap mendampingi untuk dapat menolong saat tertentu.  Allah kita setia berarti Ia adalah pribadi yang sangta bisa diandalkan, dapat dipercaya, tidak pernah merancangkan hal buruk bagi umat-Nya.

         2. RAHMAT/ANUGERAH-NYA TIDAK HABIS-HABISNYA
    Anugerah Tuhan yang sempurna adalah anugerah keselamatan, yang diberikan kepada setiap orang berdosa yang mau datang dan bertobat kepada-Nya.  Namun bersamaan dengan itu juga ada anugerah untuk bangkita dan pulih kembali sesudah kita jatuh. Dalam anugerah-Nya,  Tuhan memahami kelemahan kita, dalam anugerah-Nya Tuhan bersedia mendampingi kita untuk melangkah selangkah demi selangkah menata kehidupan kita.  Rahmat/anugerah/belas kasihan Tuhan untuk mendengarkan keluh kesah kita, mengerti kesulitan kita menjalani kehidupan sesuai kehendak-Nya, dan dengan sabar membimbing kita untuk menjalani satu hari demi satu hari melangkah bersama dengan Dia.  Tuhan selalu bersama kita. Tidak ada satu haripun dimana kasih setia dan rahmat-Nya meninggalkan kita.

              3. KASIH SETIA DAN ANUGERAH TUHAN SELALU BARU SETIAP PAGI
      Itu berarti bahwa ketika kita membuka mata kita setiap hari, kasih setia Tuhan telah Tuhan siapkan untuk mendampingi kita memasuki hari itu.  Apa yang Tuhan sediakan selalu cukup bagi kita untuk melangkah memasuki hari yang baru.  Mungkin akan ada hari dimana kita merasakan begitu berat, namun Tuhan tahu apa yang kita butuhkan.  Sebagaimana seorang ibu yang meletakkan payung di tas anaknya yang hendak berangkat ke sekolah saat hari mendung, sekalipun anaknya tidak merasa perlu, untuk mempersiapkan jika sewaktu - waktu turun hujan, maka anaknya akan terlindung.  Tuhan adalah maha tahu, Ia pasti menyediakan anugerah-Nya yang cukup sehingga saat di tengah kesulitan pun kita tetap merasakan kelegaan.  Besar kesetiaan Tuhan tidak terukur oleh pemikiran kita.

      Jadi, apakah yang seharusnya dilakukan oleh seorang percaya saat ia memasuki hari yang baru dengan segala kemungkinan yang terjadi di dalamnya, bersama dengan penulis kitab Ratapan kita bisa berkata, "AKU BERHARAP KEPADA-NYA, AKU BERHARAP KEPADA TUHAN."

      Ratapan 3:24
      "TUHAN adalah bagianku," kata jiwaku, oleh sebab itu aku berharap kepada-Nya.

      Saturday, September 24, 2011

      The Book of God

      (2 Tim. 3:16)
      All Scripture is inspired by God and is useful to teach us what is true and to make us realize what is wrong in our lives. It straightens us out and teaches us to do what is right

      The Bible is not a collection of fairy tales, myths, or merely human ideas about God. The Bible is not a human book.Through the Holy Spirit, God reveals Himself personally and His plan for believers (2Pet. 1:20, 21). This process is referred to as inspiration. Approximately 40 people from the authors note their personal experiences based on the  historical context. Even if they use their thinking, their talents, their language and their style, they still write what God wants. The Bible can be trusted because God still controls the writing.The Bible consists of 2 parts, namely the Old Testament book consisting of 39 book and the New Testament book consisting of  27 books.
       
      The Bible is God's Book. Because the Bible is inspired by God and can be trusted, we should read and apply it in our lives.The Bible is the standard to judge for everything to judge whether that is said is true.The Bible protects us from all heresy and for guiding us to live. This is the only source of knowledge about how we are saved. Make plans to read the entire Bible, not just the one we  know.
      The Functions of the Bible

       1. to teach us what is true
      In the Bible has information about God and man, past, present and future. Thus, through reading the Bible we know God more and his good nature, his deeds and his command.


      2. t
      o make us realize what is wrong
      Sometimes our lives seem confusing and difficult. It is easy to do wrong and wrong and choose. The Bible provides clues for us so we are not going the wrong way.


      3. to
      straighten us
      All instructions and orders contained in the Bible we should see very well and stick to them, so that we can take this right way of life according to His word.


      4.
      teaches us to do what is right
      The Bible is spiritual food for Christians. By reading the Bible and do it, we will grow spiritually.


      So, read the Bible every day!

      Sunday, July 24, 2011

      NAIK KE GUNUNG TUHAN

      Mt. Sinai
      Yerusalem adalah salah satu kota yang sangat mashyur di dunia. Kota ini sudah berdiri paling sedikit sejak 3 milenium SM.  Kurang lebih 3 ribu tahun sebelum Masehi.  Dewasa ini Yerusalem dipandang sebagai kota Suci bagi 3 agama monoteisme terbesar di dunia, yaitu Kristen, Islam, dan Yahudi.  Yerusalem menjulang tinggi di punggung bukit.  Saat Daud menjadi Raja, ibukota pertamanya adalah Hebron, tetapi sesudah ia melihat betapa pentingnya Yerusalem ia menaklukkan Yerusalem.  Yerusalem terletak diantara daerah kekuasaan 2 suku yang saat itu dipimpin oleh Daud supaya tidak timbul kecemburuan.  Sesudah merebut Yerusalem, Daud mendirikan istananya dan memperkuat kubu pertahanan disana, yang oleh beberapa orang disebut sebagai Sion.  Ia menempatkan tabut perjanjian di kota Yerusalem, lebih tepatnya di kubu pertahanan, yaitu di Sion.  Mazmur 24 merupakan liturgy prosesi, merayakan kehadiran Tuhan di Sion.  Mazmur ini kemungkinan disusun saat Daud membawa Tabut Perjanjian memasuki Yerusalem (2 Samuel 6).  Tabut perjanjian merupakan sebuah kotak yang berisi Kitab Taurat yang ditulis oleh Musa, tongkat Harus yang berbunga, dan manna.  Tabut ini dibuat atas perintah Tuhan sebagai tanda kehadiran Tuhan di tengah umat-Nya Israel.  Beberapa kali Tuhan marah kepada Israel sehingga Ia membiarkan bangsa lain mengambil tabut ini. 

      Sesudah Tabut Perjanjian berada di tanah Filistin selama  7 bulan, maka orang-orang Filistin berusaha mengembalikannya kepada orang Israel karena kehadiran Tabut itu telah mendatangkan kesusahan bagi mereka.  Mereka mengembalikan Tabut Perjanjian disertai dengan persembahan.
      Dalam 2 Samuel 6  dikatakan bahwa Daud merencanakan untuk menempatkan tabut itu di Yerusalem.  Setiap enam langkah Daud memberikan korban persembahan sebagai tanda penghormatannya kepada Allah.  Ketika tabut itu dibawa oleh Daud, Daud sangat bersukaria.  Ia menari dengan diiringi oleh music.  Sekalipun istrinya mencemooh, namun Daud justru menegur istrinya. 
      Mazmur 24, berada dalam satu kumpulan Mazmur yang merupakan suatu bentuk kerangka Mazmur 15 dan Mazmur 24 berbicara tentang gunung Tuhan, kemah Tuhan.  Siapa yang boleh tinggal dalam rumah Tuhan.  Sedangkan di tengah-tengahnya yaitu Mazmur 19 berbicara mengenai keagungan Tuhan atas ciptaan dan hokum-Nya.  Mengajarkan mengenai konsep pelayanan kepada Allah yang maha tinggi dan kekudusan hidup (Ibrani 12:14) “Sebab tanpa kekudusan, tidak seorangpun yang melihat Allah.”  

      Mazmur 24 ini dituliskan mungkin sekitar tahun 1000 SM merayakan sukacita Daud atas masuknya Tabut Allah di Yerusalem dari rumah Obed Edom, di Kiryat Yearim.  Daud, Sang Penulis Mazmur 24 ini menyatakan bahwa Allah adalah Sang Pemilik Segala Sesuatu, Dialah Raja (Pemerintah) atas segalanya.   

      Ayat 1-2 menyatakan “Tuhanlah yang empunya bumi serta segala isinya, dan dunia serta yang diam di dalmnya… “  Karena segala sesuatu adalah milik Tuhan, maka kita semua hanyalah penata layan.  Allah adalah pemilik karena Dialah yang menciptakan, dan membentuk, mendirikan, dan semuanya dibuat tepat untuk memnuhi kebutuhan manusia.  Namun tetap semua itu adalah milik Tuhan.  Sehingga sudah seharusnya kita melakukannya dengan baik, atas segala sesuatu yang Tuhan percayakan untuk ditiipkan kepada kita.  Kita tidak boleh terikat pada segala sesuatu di dunia ini karena segala sesuatu di dunia ini pasti akan berlalu (1 Yoh 2:17) Ketika dikatakan bahwa segala sesuatu didirikan di atas sunga-sungai, maka rupanya melalui puisinya ini Daud ingin menyatakan bahwa segala sesuatu yang ada di dunia ini adalah sesuatu yang dasarnya tidak stabil sewaktu-waktu bisa bergoncang, karena dasarnya adalah air, segala sesuatu bisa berubah.  Hari ini kita bisa memiliki kedudukan yang tinggi, mungkinbesok bisa diambil darikita.  Hari ini kita bisa memiliki kesehatan yang sangat baik, mungkin besok kita terbaring lemah.  Karena semua adalah sesuatu yang tidak kekal.  Namun kemudian dari perenungannya atas dunia ini, Daud menceritakan tentang sesuatu yang lain yang bukan dibangun diatas air, bukan dibangun di atas pasir.  Segala sesuatu yang Tuhan berikan kepada manusia adalah sebuah bentuk pemeliharaan Allah dalam hidup kita, tetapi tidak akan selama-lamanya kita miliki, karena itu ada kerinduan untuk memiliki sesuatu yang lebih baik, lebih kokoh, yang kekal.  Maka Daud mengarahkan pemikiran kita kepada sesuatu yang lebih tinggi yaitu tempat yang tidak dibangun diatas sungai, tidak dibangun diatas pasir, itulah yang dia sebut gunung TUHAN.  Seperti yang ia katakan dalam Mazmur 15:1.  Bukit Zion dimana Bait Allah berdiri adalah gambaran Rumah Allah.  Ketika rakyat datang ke dalam Bait Allah, Daud ingin mengingatkan mereka bahwa ini adalah pola dari hal-hal surgawi, sehingga mereka harus dipimpin untuk memikirkan hal-hal surgawi dalam kehidupan merela. 
      Jadi bagaimanakah tipikal dari orang-orang yang tinggal di gunung TUHAN, tempat dimana Allah bertahta dan bersekutu dengan umat-Nya?Apakah kualitas orang-orang yang berjamu dengan Tuhan dalam kasih karunia dan kemuliaan?

      1.      Mereka adalah orang yang bersih tangannya.   
            Mereka adalah orang yang menjauhkan diri dari dosa.  Bersih tangan mengacu kepada tindakan yang bersih, yang kudus, terpisah dari dosa, berbeda dari dunia.  Tidak ada sesuatu pun yang berdosa yang boleh masuk ke atas gunung Tuhan, yang menunjukkan bahwa setiap orang yang bersekutu dengan Tuhan dalam Bait-Nya harus menjaga kehidupan yang kudus.  Tangan yang kita kepalkan untuk berdoa adalah tangan yang seharusnya tidka melakukan dosa, sesuatu yang melanggar perintah Allah.

      2.     Mereka adalah orang yang murni hatinya.   
            Tangan yang bersih berkaitan dengan tindakan kita dengan sesama, hati yang murni berkaitan dengan sesuatu yang di dalam hati, yang  hanya kita dan Tuhan saja yang tahu.  Mereka yang tinggal di gunung Tuhan, yang bersekutu dalam Bait Tuhan adalah orang yang tidak menyimpan yang tidak kudus di dalam hatinya tidak mengijinkan ada dendam dan kepahitan bercokol di dalamnya.  Tidak ada rencana untuk menghancurkan orang lain atau segala sesuatu yang sekalipun belum dilaksanakan namun sudah dipikirkan dalam hati dan semua itu tidak sesuai dengan hukum Tuhan.

      3.       Mereka tidak menipu.   
            Hatinya tidak terikat kepada apapun di dunia ini sehingga membuat dia haru menipu atau berpura pura.  Hatinay tidakmelekat pada harta, pujian  manusia, pesta pora karena tahu bahwa semua itu hanya sementara saja.

      4.      Mereka tidak bersumpah palsu.  
             Mereka adalah orang yang memenuhi janjinya kepada Allah, mereka dalah orang yang memnuhi janji kepada sesame, tidak p melanggar kontrak perjanjian yang telah mereka buat, setia kepada janji setia kepada pasangan hidup.  Mereka yang tidak memiliki kesetiaa untuk memnuhi kata-kata janji mereka tidak memiliki tempat di gunung Tuhan.

      5.      Mereka adalah orang yang menanyakan dan mencari Tuhan.   
                  Mereka adalah orang yang berdoa.
      Orang-orang seperti ini disebut generasi, artinya mereka tidak sendiri,  mereka adalah sekumpulan besar orang yang ada dari abad kea bad untuk menunjukkan kualitas hidup seorang yang tinggal di gunung TUHAN.

      Apakah janji Allah bagi orang-orang yang demikian?

      1.              Mereka akan diberkati, sesuai dengan janji (Mazmur 1)

      2.              Mereka akan mendapatkan keadilan dari Allah.

      3.       Allah adalah Pembela mereka.  Mereka adalah orang yang dibenarkan oleh Allah.  Karena Allah adalah keselamatan mereka.

      Untuk memiliki kehidupan orang-orang yang berada di atas gunung, kita memerlukan:

      1.       Kerendahan hati.  Untuk menghadap Allah dengan sikap benar, kita harus menyadari kesenjangan anatara Tuhan dengan kita.  Jika tidak demikian, maka usaha kita untuk memiliki kehidupan rohani yang baik, kita akan seperti orang Farisi.  Mereka giat bagi Allah namun tanpa pengertian yang benar (Roma 10:2,3)  Kebenaran kita bukan didasarkan pada kemampuan kita sendiri.

      2.       Iman.  Kita membutuhkan iman kepada Kristus yang  oleh-Nya kita  boleh memperoleh kebebasan dari dosa.  Dosa utama dalam diri kita adalah ketidakpercayaan.  Hawa menunjukkan ketidakpercayaan ini saat ia menyerah kepada pencobaan.  Dengan iman, maka kebutaan rohani kita dilenyapkan, kita bisa menerima janji-janji Tuhan.  Tujuan ini bukanlah prestasi rohani melainkan persekutuan dengan Tuhan.


      3.       Roh Kudus.  Galatia 5:16 menyatakan, hiudplah oleh Roh, maka kamu tidak akan menuruti keinginan daging.  Roh Kudus bekerja dalam hati kita untuk menjadi kita serupa Kristus.  Roh Kudus ini mengungkapkan kemuliaan Allah pada kita, sehinggakita mampu datang pada Allah.  Roh Kudus yang akan mengajarkan segala sesuatu dan mengingatkan kita akan perintah Tuhan (Yoh. 14:26)

      Tuesday, May 10, 2011

      "Apakah Kerjamu di Sini?"

      Banyak orang mengalami masalah dan memiliki respons yang berbeda-beda.  Ada yang berpura-pura tidak ada masalah, ada yang berupaya melarikan diri dari kenyataan dengan menyibukkan diri dengan berbagai macam aktivitas, melakukan apapun yang diinginkan sebebas-bebasnya.  Ada pula yang berupaya untuk mengatasi masalah, namun akhirnya mengalami stress, depresi, kepahitan, bahkan mungkin hingga meninggalkan pelayanan dan persekutuan dengan Tuhan.  Namun, sebenarnya masih ada cara lain untuk mengatasi  masalah, yaitu menghadapinya bersama dengan Tuhan.

      PERGUMULAN ORANG PERCAYA
      1. Menempatkan masalah lebih tinggi daripada Tuhan

      2. Melupakan panggilan mula-mula


      PROSES PEMULIHAN ORANG PERCAYA
      1. Mengingatkan

      2.Menguatkan