Tema : Pohon Ara (Tebanglah Dia yang tak Berbuah!)
Nats : Lukas 13:5
– 9
Tujuan : Pendengar
memahami bahwa Tuhan mengharapkan setiap orang percaya untuk menghasilkan buah
dalam kehidupan mereka sehingga mereka berusaha memiliki kehidupan yang
menghasilkan buah
Pohon ara adalah tumbuhan asli Asia Kecil yang
dapat tumbuh hingga mencapai 12 meter, baik di tanah berbatu maupun tanah
subur. Buah pohon ara mengandung banyak kalsium, besi, fosfor, dan potasium,
serat, dan bebas lemak. Secara umum pohon ara memiliki lebih dari 800 jenis.
Tiga di antaranya yang sangat terkenal adalah jenis Ficus Sycomorus yang
dinaiki Zakheus (Luk. 19:4), Morus Nigra L. yang kecil tapi kuat dengan buah
berwarna merah darah, dan Ficus Carica L. Jenis pohon ara yang terakhir
ini memiliki banyak buah. Jenis inilah yang dikutuk Tuhan Yesus (Mat.
21:19-22).
Dalam setahun pohon ara berbuah sebanyak tiga kali. Ini berarti sebatang pohon yang sehat dapat memberi buah selama sepuluh bulan. Cukup produktif. Pada zaman Hellenisme (Yunani-Romawi) buah ara merupakan salah satu komoditi ekonomi penting setelah anggur dan minyak zaitun, sehingga orang-orang Yunani membuat undang-undang khusus untuk mengatur pengeksporannya. Daunnya dapat dimanfaatkan untuk membungkus buah-buahan yang baru dipetik untuk dibawa ke pasar dan sekarang ini menjadi komoditas yang mahal. Buah ara selain dapat dimakan langsung, juga dapat dibuat kue yang mahal harganya, karena makanan ini pun biasa dihidangkan bagi raja-raja (2Raj. 20:7; Yes. 38:27). Meski begitu kue buah juga ara merupakan makanan yang sangat digemari masyarakat dan kerap dibawa saat bepergian (1 Sam. 25:18).
Perumpamaan pohon ara terutama menunjuk kepada Israel (bd. Luk 3:9; Hos 9:10; Yoel 1:7). Namun, kebenarannya dapat diterapkan pula kepada semua yang mengaku percaya kepada Yesus, tetapi tidak berpaling dari dosa. Walaupun Allah memberi kesempatan secukupnya kepada setiap orang untuk bertobat, Ia tidak akan selama-lamanya membiarkan dosa. Saatnya akan datang ketika kasih karunia Allah akan ditarik dan orang yang tidak mau bertobat akan dihukum tanpa belas kasihan (bd. Luk 20:16; 21:20-24).
Mungkin kita semua mempunyai kegiatan sehari-hari yang hampir sama,
setiap hari kita mengawali hari baru dengan bangun tidur, makan, bekerja,
setelah pulang kerja kemudian istirahat sambil menikmati makan malam, nonton
televisi atau VCD terbaru, bertelepon bersuka ria dengan teman-teman dan
setelah lelah tidur. Dan pada akhir pekan hari-hari kita penuh janjian dengan
teman, seperti nonton, shopping setelah pulang dari kebaktian. Atau mungkin ada
beberapa dari kita yang kesiangan bangun di hari minggu karena malam minggu
keasyikan main internet, jadi hanya cukup dengan ibadah sebentar saja, kemudian
langsung ngobrol dan diakhiri dengan jalan-jalan bersama teman-teman. Hari
berganti hari, minggu berganti minggu, dan tahun berganti tahun.
Apakah hanya seperti itu yang dapat kita kerjakan pada kehidupan yang sangat berharga ini? Setiap hari berlalu, setiap hari umur kita bertambah. Saat ini kita yang memiliki badan yang sehat dan berpikir bahwa hidup kita masih panjang, masih 40 atau 50 tahun lagi. Kita telah disibukkan untuk pengejaran materi, membicarakan sesuatu yang hanya membuang energi atau menimbulkan emosi dan kesenangan duniawi lainnya yang telah menyita waktu dan menghabiskan energi yang kita miliki .
Kita yang saat ini masih bernafas, dapat berpikir dengan kecerdasan yang kita miliki, tentu kita tidak akan melewatkan hari-hari kita dengan begitu-begitu saja. Kehidupan kita yang penuh kebebasan dan anugerah. Jika kita sedang sedih karena tidak mendapatkan apa yang kita inginkan, kita sering menganggap bahwa kita orang yang paling menderita di dunia dan hidup kita selalu tidak menyenangkan, padahal kita masih mempunyai tempat tinggal yang nyaman, pekerjaan yang cocok, makanan dan pakaian yang lebih dari cukup dan teman-teman yang baik. Dan semua hal yang terpenting dari semua yang ada di alam semesta ini, kita memiliki kehidupan yang berharga, karena penuh dengan anugerah.
Seorang teolog Jerman Dietrich Bonhoeffer berkata: ”Grace is free but not cheap” yaitu anugerah Allah yang kita terima adalah anugerah yang diberikan cuma-Cuma / gratis tetapi anugerah itu bukanlah anugerah yang murahan / anugerah yang bisa kita permainkan begitu saja. Ketika Dietrich berkata demikian, dia sedang memberikan penilaian yang tajam terhadap kekristenan jaman itu dimana dia mendapati bahwa banyak orang Kristen menerima anugerah atau berkat yang banyak tetapi mereka bermain-main dengan anugerah dan ternyata penilaian itu pun relevan dengan jaman ini. Ketika kita menerima anugerah dan berkat yang banyak dari Tuhan, kita bermain-main dengan anugerah itu, kita tidak memakai anugerah itu dengan bertanggung jawab untuk mengembalikan bagi kemuliaan Tuhan untuk hidup berubah dan berbuah. Banyak orang Kristen hanya take for granted, menerima anugerah-Nya saja tapi tidak merespon sama sekali terhadap Sang Pemberi anugerah tersebut. Inilah yang hendak dibicarakan oleh Lukas. Bagaimanakah seharusnya kehidupan seorang yang telah mendaptkan anugerah itu? Mari kita baca dalam Lukas 13: 5 – 9. Tema kita hari ini adalah : Pohon Ara!
Injil Lukas adalah kitab pertama dari kedua
kitab yang dialamatkan kepada seorang bernama Teofilus (Luk 1:1,3; Kis 1:1).
Walaupun nama penulis tidak dicantumkan dalam dua kitab tersebut, kesaksian
yang bulat dari kekristenan mula-mula dan bukti kuat dari dalam kitab-kitab itu
sendiri menunjukkan bahwa Lukaslah yang menulis kedua kitab itu. Rupanya Lukas adalah seorang petobat Yunani,
satu-satunya orang bukan Yahudi yang menulis sebuah kitab di dalam Alkitab. Roh
Kudus mendorong dia untuk menulis kepada Teofilus (artinya, "seorang yang
mengasihi Allah") guna memenuhi suatu kebutuhan dalam jemaat yang terdiri
dari orang bukan Yahudi akan kisah yang lengkap mengenai permulaan kekristenan.
Lukas 13:6-9 menceritakan kisah tentang pohon ara yang tidak berbuah. Kisah mengenai anugerah dan tanggung jawab. Kalau kita memperhatikan dengan seksama dalam kisah ini maka pohon ara adalah simbol orang percaya dan kalau kita melihat perikop ayat ini maka ada begitu banyak hal-hal khusus yang diperoleh pohon ara ini. Pohon ara ini tumbuh di kebun anggur, tumbuh di tanah yang subur dan mendapat pemeliharaan yang istimewa. Kita adalah pohon ara yang ditanam pada kebun anggur & kita ada di tanah yang subur. Kita masih diberi kesempatan untuk terus mendengarkan Firman, berdoa dan beribadah bahkan mendapat anugerah lebih daripada itu. Alkitab memberi catatan bahwa pohon ara ini sudah hidup di kebun anggur kurang lebih 3 tahun tetapi belum menghasilkan buah. Pohon ini semestinya menghasilkan buah setiap tahunnya, maka ketika pemilik kebun anggur ini datang, dia berkata untuk apa lagi dia hidup, tebanglah dia. Pohon ara ini sudah mempunyai waktu yang cukup panjang dan kita sebagai orang Kristen sudah berapa ribu kali kita mendengar Firman Tuhan tetapi berapa banyak kemudian hidup kita berubah dan berbuah. Mungkin kita sudah lama menjadi orang Kristen dan kita begitu menikmati ibadah tetapi sudah berapa banyak orang yang kita bawa kepada Kristus.
Banyak orang menilai sebuah kehidupannya adalah sebuah kehidupan yang baik melalui pengalaman hidup yang lancar dalam hidupnya, sehingga jika suatu ketika terjadi bencana dalam kehidupan seseorang maka orang akan berkata bahwa orang tersebut berdosa besar. Hal ini bukanlah penilaian yang haya dimiliki oleh orang zaman sekarang saja, pada zaman dahulu pun seseorang dinilai dari pengalaman hidupnya. Demikianlah yang terjadi dalam Lukas 13: 1 – 5. Lukas menceritakan bahwa Yesus menegur orang – orang yang menghakimi sesamanya.
Dalam kisah ini Tuhan Yesus memanggil orang
banyak untuk bertobat, menambahkan kata – kata untuk menguatkan, kecuali kamu
bertobat, kamu pun akan mati dengan cara demikian ayat 3-5. Bila kita melihat perikop sebelumnya
(Luk.13:1-5) Yesus berkata bahwa semuanya itu terjadi agar kita bertobat.
Ketika kita melihat orang-orang yang menghadapi bencana dan mengalami penyakit
yang tidak bisa sembuh sama sekali dan jikalau kita masih sehat maka jangan
pernah kita berpikir bahwa orang lain dosanya lebih besar daripada kita. Tuhan
Yesus mengatakan, ” Sangkamu engkau lebih baik dari mereka?” Tidak!, tetapi
jikalau kamu tidak bertobat maka kamu akan binasa. Kita harus ingat bahwa
kesempatan yang diberikan ada batasnya, seperti pohon ara yang masih diberi
kesempatan satu tahun lagi tetapi jika masih tidak berbuah maka pohon itu akan
ditebang. Kita jangan mempermainkan kesempatan. Waktu yang masih ada kita harus
gunakan untuk bertobat. Jangan pernah berpikir bahwa Allah akan membiarkan kita
untuk bermain-main dengan dosa. Dosa adalah hal yang serius di hadapan Allah
dan bila waktunya tiba maka Allah akan memberikan penghukuman.
Pada hari Minggu, 26 Februari 2012, diberitakan bahwa ada 10 Rumah Longsor di Bogor, di
Kampung Gudang, Kelurahan Gudang, Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor, Jawa
Barat, akibat tanah longsor. Diperkirakan seorang warga masih
tertimbun reruntuhan bangunan. Heri (37), warga Kampung Gudang menuturkan,
ibunya Fatimah (65), saat kejadian masih sarapan bubur ayam sekitar 20 meter
dari rumahnya. Tiba-tiba, sekitar pukul 08.15, rumah yang ada di depannya
rubuh. Fatimah tidak sempat menyelamatkan diri.
Tidak ada yang menyangka kapan kehidupan kita akan berakhir. Namun pertanyaan pentingnya adalah bagaimana
kita mengakhirinya.
Kisah Lukas 13:6-9 ini merupakan ’unending’
story. Akhir cerita ditentukan oleh kita. Tuhan panjang sabar dan IA masih memberikan
waktu kepada kita. Apakah kita masih mau bermain-main dengan dosa maka kita
akan berhadapan dengan keadilan dan murka Allah tetapi bila kita bertobat,
berubah dan berbuah maka kita akan mempunyai kisah yang happy ending bersama
Tuhan.
Ada 2 kemungkinan selesainya kisah dalam Luk 13:6-9 ini : Pertama, waktu yang diberikan yaitu satu tahun lagi dan pohon ara ini tetap tidak berbuah sehingga apa yang terjadi? Tuhan akan datang dan berkata tebanglah dia, untuk apa dia hidup. Kedua, ternyata setelah pohon ara ini diolah lagi dengan baik, diberikan pupuk lagi, dan pohon ara ini berbuah sehingga menjadi kisah yang happy ending.
Ada 2 kemungkinan selesainya kisah dalam Luk 13:6-9 ini : Pertama, waktu yang diberikan yaitu satu tahun lagi dan pohon ara ini tetap tidak berbuah sehingga apa yang terjadi? Tuhan akan datang dan berkata tebanglah dia, untuk apa dia hidup. Kedua, ternyata setelah pohon ara ini diolah lagi dengan baik, diberikan pupuk lagi, dan pohon ara ini berbuah sehingga menjadi kisah yang happy ending.
Kisah ini harus diselesaikan oleh kita. Pertanyaannya adalah dengan versi yang mana kita akan menyelesaikan kisah ini. Apakah kita akan selesaikan dengan berubah dan berbuah atau kita akan selesaikan dengan tetap bermain-main. Waktu Tuhan bagi kita, sudah tidak panjang lagi sehingga kalau Tuhan masih memberikan kesempatan maka gunakanlah dengan sebaik-baiknya. Kalau selama ini kita datang beribadah hanya sekedar datang, diam dan tidak melakukan apa-apa maka saatnya sekarang kita bangkit kembali, saatnya berubah dan berbuah.
Tuhan memberkati
kita semua.
No comments:
Post a Comment